Menunda pekerjaan atau tugas sering dianggap sebagai kebiasaan buruk, padahal di balik itu ada alasan psikologis yang cukup kompleks. Banyak orang menunda bukan karena malas, tapi karena merasa kewalahan, takut gagal, atau tidak tahu harus mulai dari mana. Penundaan ini bisa menjadi bentuk perlindungan diri dari stres yang dirasakan ketika berhadapan dengan tugas besar atau penting.
Salah satu cara pertama untuk mengatasi kebiasaan menunda
adalah memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil. Ketika kita melihat
sebuah tugas besar seperti “buat makalah 10 halaman,” otak langsung merasa
berat. Tapi kalau kita ubah menjadi “tulis 1 paragraf pengantar,” maka tugas
itu jadi lebih mudah didekati dan tidak terasa menakutkan. Prinsip ini disebut chunking.
Selain itu, penting juga untuk menetapkan tenggat waktu
pribadi, bahkan jika tugas sebenarnya belum mendesak. Deadlines buatan ini
membantu memberikan rasa urgensi. Cobalah juga memberikan diri sendiri reward
setelah menyelesaikan bagian kecil dari tugas, seperti istirahat 10 menit,
secangkir kopi, atau menonton video pendek yang kamu suka.
Lingkungan juga sangat memengaruhi tingkat prokrastinasi.
Ruangan yang berantakan, suara bising, atau bahkan terlalu banyak tab browser
terbuka bisa mengacaukan fokus. Ciptakan lingkungan kerja yang mendukung dengan
menata meja, mematikan notifikasi, dan menyiapkan to-do list sederhana untuk
hari itu.
Yang terakhir dan tak kalah penting adalah mengenali pola
menundamu. Kapan kamu paling sering menunda? Apakah di pagi hari? Setelah makan
siang? Dengan menyadari pola ini, kamu bisa mengatur waktu produktifmu dengan
lebih bijak. Menunda memang manusiawi, tapi dengan strategi yang tepat, kamu
tetap bisa menyelesaikan hal penting satu per satu.
Komentar
Posting Komentar